PERAWATAN TANAMAN MENGHASILKAN
TUNAS
Tidak
ada pruning/penunasan selama masa belum menghasilkan (TBM) sampai 6
bulan menjelang panen pertama, dan biasanya 24 bulan setelah tanam,
pekerja tidak boleh memotong atau membuang pelepah pada masa ini.
Pelaksanaan pruning bias dilakukan apabila adanya pelepah yang mati dan
tidak produkstif, serta adanya janjang dan buah busuk, dan ini disebut
pruning sanitasi, gunanya adalah untuk memudahkan pemanen sehingga
pekerjaannya tidak terganggu
TUNAS PASIR.
Syarat :
Tunas
pasir hanya dikerjakan 1 kali saja selama hidupnya kelapa sawit, yaitu
bila tanaman sudah berumur 2.5 tahun sejak ditanam dilapangan, maka
apabila cukup berkembang untuk produksi buah atau TBS.
Cara :
- Seluruh
daun / cabang yang paling bawah sebanyak 1-2 lingkaran pertama
(maksimum 15 cm dari tanah ) supaya dibuang, diatas batas ini cabang
tidak boleh diganggu.
- Cabang harus dipotong rapat kepangkal dengan memakai arit (egrek kecil).
- Dengan
alat ini (memakai gagang sepanjang 1,5-2,0 meter ) potongan-potongan
cabang mudah dikumpulkan dengan menariknya (dikait) keluar.
- Pekerjaan ini harus dikerjakan oleh buruh sendiri dibawah pengawasan yang ketat, tidak dibenarkan oleh pemborong.
- Tenaga kerja untuk tunas pasir : 4 hb / HA.
- Sesudah
pekerjaan tunas pasir hingga masa tunas selektif, maka dilarang keras
memotong cabang tanaman kelapa sawit untuk tujuan apapun, kecuali
analisa daun, dan ini hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja.
TUNAS SELEKTIF.
Tujuan.
Tujuannya untuk mempersiapkan pokok untuk dipanen,yakni pada umur 3-4 tahun, tergantung pada keadaan pertumbuhan pokok.
Syarat.
- Suatu
blok atau golongan tanaman dapat milai ditunas selektif jika
sekurang-kurangnya 40% telah mempunyai tandan buah yang hampir masak
pada tinggi 90 cm (3 kaki) dari tanah diukur dari permukaan tanah
kepangkal tandan.
- Semua pohon yang memenuhi syarat yang ditentukan (ukuran tingginya) harus ditunas.
Cara.
- Batas tunas adalah : 2 cabang songgo buah keatas supaya ditinggalkan tidak ditunas.
- Semua cabang dibawah songgo buah tersebut diatas supaya ditunas secara timbang air keliling pokok.
- Semua rerumputan seperti pakis dan lain-lain yang tumbuh pada pokok kelapa sawit harus dicabut / dibersihkan.
Alat.
- Pusingan tunas perdana bagi sisa pokok yang 60% lagi dilaksanakan 4 bulan sekali, hingga semua pokok akhirnya akan tertunas.
- Alat
untuk tunas selektif adalah tajak atau pisau dodos yang dipakai juga
untuk potong buah pada tanaman produktif muda, lebar mata tajam 14 cm.
- Alat yang sama masih terus dipakai untuk tunas biasa hingga pokok mencapai ketinggian kurang lebih 2,5 meter.
- Alat
ini diberi gagang kayu laut atau domuli sepanjang 1,5-2 meter, cabang
dipotong rapat kepangkal dari arah samping untuk menghindari alat
melukai pokok.
Pusingan.
- Tunas selektif berlaku untuk tanaman umur 3-4 tahun, dengan tenaga : 50 pokok/hb.atau ( 6 hb / HA / tahun ).
Perhitingan luas. Luas yang ditunas selektif =
jumlah pohon yang ditunas x HA.
143
TUNAS UMUM ( BIASA ).
1. Pusingan.
- Pusingan
tunas umum (biasa) untuk Tanaman Menghasilkan dilaksanakan 9 bulan
sekali, atau 4 pusingan dalam 3 tahun, dengan demikian perencanaan
pusingan tiap tahun harus selalu didasarkan pada pusingan terakhir pada
tahun yang lalu. Misalnya situasi pada 1986 yaitu melaksanakan /
menyelesaikan pusingan januari 1986 – September 1986 dan memulai
pusingan oktober 1986 – juni 1987.
2. Cara.
- Seluruh umur ditunas hingga 2 (dua) cabang songgo buah paling bawah secara timbang pasir.
- Satu rotasi tunas harus selesai dalam jangka waktu 9 bulan, sedangkan untuk satu tahun : 1 1/3 pusingan.
Pruning Treatments
|
Rata-rata hasil
(Ton/ffb/ha/tahun)
|
Hanya pelepah kering saja
|
23.3
|
Tersisa 40 - 56 pelepah/pohon
|
23.0
|
Tersisa 24 - 32 pelepah/pohon
|
19.8
|
Umur Tanaman (thn)
|
Lingkaran pelepah
|
Jumlah pelepah/phn
|
Rotasi/tahun
|
3 – 4
5 – 8
9 – 12
> 12
|
7
6
5
4
|
56
48 – 52
40 – 44
32 - 36
|
1.0
1.0
1.3
1.3
|
3. Alat.
- Hingga tinggi pokok 2,50 meter tetap memakai ”pisau dodos besar” ( lihat tunas selektif )
- Bagi
pokok yang tingginya diatas 2,50 meter (mulai umur 8 tahun keatas)
seluruh pekerjaan tunas tanpa kecuali harus dilaksanakan dengan pisau
egrek biasa (pisau Malaya) yang diikatkan pada ujung galah (gagang dari
bambu). Panjang gagang diatur menurut tinggi pokok, bila perlu 2 galah
disambung untuk pokok-pokok yang sangat tinggi.
- Selama menunas,
semua epiphyt pada batang harus dibersihkan dengan mancabut pakai tangan
sekitar pangkal batang dan memikul pakai pelepah pada bagian yang lebih
tingggi.
- Pokok sakit atau kuning karena dificiency harus ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang karing saja.
MENYUSUN PELEPAH.
- Pelepah-pelepah atau cabang disusun (dirumpuk) digawangan yang tidak ada pasar rintisnya.
- Cabang
tidak perlu dipotong-potong, melainkan dirumpuk saja memanjang
barisan pohon, tindih menindih dan jangan berserakan.
- Andaikata
digawangan tanpa rintis seperti dimaksud diatas kebetulan pula ada
parit dengan arah memanjang barisan, maka cabang-cabang harus
dipotong tiga dan dirumpuk diantara pohon dalam garisan sesuai
dengan metode lama.
- Keuntungan cara ini adalah sebagai berikut :
- Cabang
tidak perlu dipotong-potong kecuali jika dadparit memanjang
digawangan, sehingga menghemat energi dan waktu tukang potong buah
/ tunas.
- Piringan tidak bertanbah sempit oleh ujung-ujung cabang karena telah dirumpuk jauh ditengah gawangan.
- Ancak
panen dari masing-masing tukang potong buah lebih aman dari
saling ”curi buah” antara sesama mereka (pindah antar rintis
lebih sulit).
- Menekan pertumbuhan gulma ditengah gawangan.
Untuk
areal berbukit yang arah rintisnya memanjang dari puncak bukit ke kaki
bukit, susynan cabang harus searah (artinya pucuk bertindih dengan
pucuk, pangkal dengan pangkal), dimana pangkal pucuk harus berada
dibagian lereng yang tertinggi.
ORGANISASI TUNAS.
- Satu orang mengancak satu baris.
- Potong cabang – langsung disusun.
- Bersihkan epiphyt – langsung dibersihkan piringan dari sampah.
- Kemudian baru pindah ke pohon berikutnya.
- Penunasan sebaiknya dilakukan pada saat periode produksi rendah kecuali tenaga kerja cukup
- Pelepah
hasil penunasan harus disusun untuk mencegah erosi, menjaga kelembaban,
memudahkan kegiatan operasional (rawat dan panen), menekan pertumbuhan
gulma, merangsang pertumbuhan akar dan sumber hara.
- Cara penyusunan pelepah :
- Harus disusun rapi menyebar di gawangan mati dan di antara pohon. Tidak mengganggu jalan rintis dan piringan
- Susunan pelepah berbentuk : ”L”
- Pada areal curam, peletakan pelepah mengikuti jalan kontur untuk menahan air.
PENYIANGAN MANUAL
1.
Gawangan
- Kelas penutup tanah W3 yaitu 70% kacangan dan 30% rumput lunak tetap bebas lalang dan anak kayu. 1x /2-3 bln.
- Manual : rumput lunak dibabat. 0,5 HK/ha.1x/3 bln.
2.
Piringan
- Manual : dengan cara garuk piringan. 1x/1-1,5 bln
- TM 1 dan 2, jari-jari 2 m. 1,5-2 HK/ha.
- TM 3 dst, jari-jari 2,5 m. 2-2.5 HK/ha. 1x /3 bln.
3.
Buru Lalang
- Cara manual dengan garuk/garpu lalang. 1x /2 bln. 0,3 HK/ha.
4.
Dongkel Anak Kayu
- Anak kayu yang masih ada/tumbuh didongkel cara manual mempergunakan cangkul. 1x /6 bln. 0,6-1 HK/ha.
5. Jalan Pikul
- Manual : digaruk selebar 1,5 m. 1x /2-3 bln. 2 HK/ha. 1x /3 bln.
PENYIANGAN CHEMIS
Berdasarkan asal dan sifat kimianya.
a. Pestisida Simtetik .
Anorganik ( contoh : garam-garam beracun, seperti Arsenat, Fluorida) Organik
- Hidrokarbon barchlor ( contoh : DDT & analognya, MIC, Siklodion).
- Meterosilclik (contoh : Strobane, Mirex, Kepone)
- Fosfat organik (contoh : Parathion, Malathion, Abate fenithrothion)
- Karbonat (contoh : Carbaryl, Arprocarp, Carbofuran).
- Nitrofenol (contoh : DNOC atau Dinitrocresol)
- Thiosianat (contoh : Lethane)
- Sulfonat (contoh : Sulfida)
- Sulfon (contoh : Ovex atau ovotran)
- Lain-lain (fimigan), (contoh : Metilbromida).
b. Pestisida asal tanaman.
- Nicotionida (contoh : Nicotin )
- Pyrathroida (contoh : Pyrathrum).
- Retonoida (contoh : Rotenon)
c. Berdasarkan reaksinya :
- pestisida kontak (contoh : Paraquat)
- pestisida siatemik (contoh : Roud-up).
Banyak
jenis tanaman yang tumbuh di kebun sebagian tidak berbahaya sedang yang
lainnya kompetitif atau berbahaya, yang berbahaya harus dikendalikan
atau dimusnahkan. Tanaman dapat diklasifikasikan dalam kategori berikut :
Kelas A : Tanaman yang mungkin dianjurkan
Kelas B : Tanaman yang biasanya berguna tetapi kadang kadang perlu dikendalikan
Kelas C : Tanaman yang tidak di ingini yang harus dimusnahkan
1. Peralatan Weeding Control
- Knapsac
Sprayer. Ada dua (2) jenis unit yang ada dan baik untuk difgunakan
yaitu bahan yang terbuat dari logam dan plastik propylene
- Nozzle.
Nozzle sangat penting karena bersamaan dengan tekanan pompa untuk
menentukan jumlah dan kualitas larutan yang keluar. Nozzle terbuat dari
kuningan, stainless steel, alumunium, keramik atau plastik, nozzle dari
kuningan atau plastik baik untuk digunakan walaupun yang dari kuningan
adalah yang terbaik dan tahan lama.
- Aksesoris. Banyak aksesoris
yang berguna dan dapat dipasang pada alat semprot untuk meningkatkan
effisiensi dan ketepatan antara lain :
- Saringan.
Untuk mencegah tersumbatnya nozzle, saringan stainlees steel 50 mesh
harus dipasang di tangki yang bersih sebelum pemicunya dipasang.
- Pengukuran Tekanan. Alat ini digunakan untuk mengkalibrasi alat semprot dan mempertahankan tekanan semprotan yang tepat.
- Katup Tekanan. Alat ini memudahkan operator untuk menjaga tekanan semprotan maksimum dalam keadaan konstan
- Elbow joint. Elbow joint dipasang di ujung tangkai semprot untuk mengatur sudut proyeksi semprotan yang diinginkan.
- Pengaman.
Pengaman khusus mengatur pola semprotan harus dipasang untuk spot
spraying yang berdekatan dengan hamparan kacangan, mangkuk plastik
lateks atau kaleng dengfan ukuran yang sama dapat digunakan sebagai
pengaman.
d. Pemeliharaan Alat
Untuk efisiensi maksimum pompa harus dijaga tetap bersih dan siap pakai
- Operator
harus bertanggung jawab untuk merawat dan memelihara peralatan
pompanya, bagaimana harus merawat secara rutin dan mengetahui
bagian-bagian dari alat yang bekerja.
- Setelah selesai bekerja,
alat harus dicuci bersih luar dan dalam dengan air bersih, dan harus
disimpan terbalik untuk membantu mengalirkan air dan pengeringan,
pemeriksaaan kebocoranharus dilakukan setiap hari.
- Nozzle dan
saringan harus diperiksa tiap hari dan sumbatan harus dibersihkan dengan
sikat gigi atau kayu, dan jangan gunakan peniti atau kayu runcing untuk
membersihkan sumbatan yang akan mengakibatkan membesarnya lubang,
sehingga pola semprotan salah dan memerlukan lebih banyak volume
semprot. Dan setiap 3 bulan sekali nozzle yang telah dipakai di
kalibrasi dengan membandingkan dengan nozzle yang baru dengan ukuran dan
spesifikasi yang sama
- Memeriksa semua washer dan beri pelumas
pada bagian yang bergerak, disamping membawa peralatan nozzle cadangan
apabila diperlukan
- Perbaikan secara menyeluruh harus ditangani oleh mekanik yang berpengalaman.
e. Peralatan CDA dan tekhnik penyemprotan
- Tujuan
penggunaan CDA (Control Led Droplet Application) dalam pengendalian
gulma dalam tekhnik penyemprotan adalah dengan membentuk kabut semprotan
yang sangat halus sehingga dengan larutan semprot yang minimum masih di
dapatkan hasil pengendalian gulma yang baik
- CDA hanya
memerlukan volume larutan bahan kimia yang sangat rendah per area yang
disemprot, volume yang digunakan sekitar 20 liter per ha, dibandingkan
200 – 500 liter dengan penyemprotan konvensional
- Penurunan biaya aplikasi di dapatkan dengan berkurangnya kebutuhan Tenaga Kerja dan Air
- Penghematan
didapat dengan sungguh sungguh memperhatikan pemakaian CDA, pencampuran
yang tepat dan prosedur pelaksanaan yang benar.
f. Micron Herbi
- Adalah
alat semprot fgenggam ringan yang mengaplikasikan pola yang akurat
dengan ukuran droplet yang terkendali, untuk mendapatkan hasil yang
terbaik pemakai harus mempelajari informasi dan alatnya.
- Alat
ini menghasilkan kabut untuk volume sangat rendah (ULV) sehingga dapat
menyemprot dengan lebar semprotan 1,2 m herbisida kontak atau hormon
dapat digunakan untuk penyemprotan secara bersambung atau spot-spot.
- Tangki
herbisida berisi 2,5 – 5 liter larutan semprot, mengalir ke arah
atmosfir karena gaya gravitasi yang didorong oleh tenaga baterai 8 HP2,
dan ada 3 jenis nozzle yang tersedia untuk mendapatkan flowrate standar 1
ml/detik untuk larutan semprot dengan ketebalan vegetasi yang berbeda.
Kapala micron herbi dapat dipasangi dengan salah satu nozzle yang berbeda, dengan standard sebagai berikut :
- Nozzle
merah hanya untuk larutan yang pekat atau kental dan jangan di gunakan
kecuali di instruksikan secara khusus dan ini ukuran yang paling besar
- Nozzle
kuning untuk hampir semua herbisida kontak, dengan flow rate kira-kira
160 ml/menit mengeluarkan 22 L/ha dan membutuhkan waktu 31 menit untuk
mengosongkan 5 L larutan dan jarak tempuh 1860 m, nozzle ini berukuran
sedang.
- Nozzle biru dan kuning dapat dikombinasikan jika menggunakan micron herbi berkepala 2 (dua) untuk penyemprotan piringan
Hal yang perlu diperhatikan dengan pemakaian perlatan herbisida adalah sebagai berikut :
- Para operator harus benar-benar dilatih menggunakan peralatan sebelum bekerja di lapangan.
- Penyemprot harus mempunyai pengetahuan dasar untuk merawat peralatannya
- Karena konsentrasi larutan yang digunakan pekat maka operator harus memperhatikan aturan keselamatan.
- Mulut
dan hidung harus ditutup dengan sapu tangan atau masker dan harus
memakai perlengkapan standar antara lain : Tutup kepala, kemeja lengan
panjang, celana panjang, kaus kaki, sepatu boot, dan baju plastik.
- Pakaian yang telah dipakai bekerja harus dicuci secara teratur
- Penggunaan
alat harus benar-benar diperhatikan dari keadaan yang tidak diinginkan,
misalnya, membawa peralatan reparasi/tools cadangan, larutan harus di
persiapkan, gunakan air yang bersih untuk mencegah penyumbatan nozzle
- Penempatan larutan herbisida tambahan harus diatur dengan benar dan diawasi
Penggunaan pestisida .
Setiap
jenis pestisida harus digunakan dengan tepat dan teliti sesuai dengan
rekomondasi yang dikeluarkan oleh produsennya (antara lain mengenai
dosis, waktu, alat aplikasi) disatu pihak, serta ketentuan-ketentuan
cara aplikasinya yang tidak membahayakan bagi kesehatan dilain pihak.
Sehubungan dengan itu antara lain ada beberapa faktor yang sangat perlu
diperhatikan, yaitu :mengenai petugasnya, alat-alat pelindung yang
dipergunakan, serta tindakan penjagaan sebelum, selama dan setelah
aplikasi.
Petugas (para penyemprot, petugas digudang pestisida, dsb).
Didalam
menjalankan tugasnya, maka petugas-petugas yang langsung berhubungan
dengan pestisida haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Harus berbadan sehat, tidak mempunyai kelainan kulit (kudis/luka terbakar) atau saluran pernafasan.
- Tidak sedang hamil atau menyusui (bagi pekerja wanita)
- Harus dapat membaca dan mengerti tanda-tanda bahaya keracunan.
- Harus mengerti bahaya keracunan pestisida dan cara-cara menjarahnya yang tidak membahayakan keselamatan.
- arus mengerti cara-cara menggunakan alat P3K dan alat pemadam kebakaran (bagi petugas yang bekerja di gudang pestisida).
- Setiap
pekerja penjamah pestisida harus diperiksa kesehatannya secara rutin,
sekurang-kurangnya 1 kali 6 bulan oleh dokter (dengan atau tanpa
keluhan).
- Bila keluhan dicurigai akibat bahan pestisida, maka
pekerja tersebut yntuk sementara waktu tidak dibenarkan bekerja dengan
bahan pestisida, sampai penyebab keluhan/penyakitnya tersebut dapat
dipastikan, serta mendapat pengobatan yang segera dan tepat dari dokter.
- Setiap keracunan bahan pestisida adalah merupakan kecelakaan kerja dan wajib dilaporkan kepada DEPNAKER untuk ASTEK.
Standard Kebutuhan Tenaga Kerja dan Material dapat di download disini:
PHOTO PHOTO PERAWATAN TANAMAN SAWIT TM
Perawatan Tanaman Konsolidasi Pada TM
Perawatan Piringan
Perawatan Tunas
Perawatan Gawangan